[otw_is sidebar=otw-sidebar-4]

Internet Merata, Wajah Olahraga Tak Lagi Sebatas Menang Kalah

[otw_is sidebar=otw-sidebar-5]

 

Pertandingan atau perlombaan olahraga ibarat palagan. Arena pertempuran yang selalu menghadirkan drama dalam setiap tetes keringat alet yang berjuang di atasnya. Berkat kemajuan internet, kisah-kisah heroik mereka pun kini lebih berwarna.

Animo masyarakat Indonesia terhadap peristiwa olahraga sebenarnya sudah muncul sejak lama. Ini terlihat dari kehadiran rubrik olahraga pada sejumlah surat kabar di Tanah Air yang sempat terbit jauh sebelum Indonesia menjadi negara merdeka.

[otw_is sidebar=otw-sidebar-7]

Di awal 1900-an contohnya. Koran lokal, Pemberita Betawi seperti dikutip dari buku berjudul ‘Wajah Bangsa dalam Olahraga’ karya Hendy CH Bangun, telah memberikan ruang bagi berita olahraga. Salah satu topik populer kala itu adalah sepak bola.

Demi memuaskan pembacanya, Pemberita Betawi bahkan sudah menghadirkan laporan pertandingan dari luar Jakarta. Pada edisi laporan olahraga dari luar kota perdana tersebut, Pemberita Betawi, meliput duel dua klub terkenal di Ambon.

“Perlombaan Voetbal di Ambon”, demikian judul artikel itu dibuat.

Penulis secara detail menggambarkan jalannya laga yang berlangsung pada 28 November 1907 itu. Tidak ada foto yang menyertai laporan ini. Hanya naskah yang masih menggunakan bahasa Indonesia ejaan lama. Dan keterbatasan teknologi membuat beritanya baru terbit sebulan kemudian atau 23 Oktober 1907.

Hendry dalam ulasannya memaklumi kondisi ini. Sebab menurutnya, pada saat itu, proses pengiriman naskah masih dilakukan lewat pos laut. ”Waktu itu belum ada pos udara, jadi perlu waktu lama sampai ke kantor redaksi,” tulis Hendry di bukunya.

Situasi seperti ini tentu tidak terjadi lagi di masa sekarang. Kemajuan teknologi komunikasi dan informatika lambat laun telah mengubah wajah olahraga di Indonesia. Selain unggul dalam kecepatan, jaringan intenet yang terus berkembang telah menghadirkan konten yang lebih beragam.

Lokasi yang jauh sudah tidak lagi masalah. Jangankan di dalam negeri, aksi atlet-atlet Indonesia yang bertanding di luar negeri dengan mudah bisa dinikmati masyarakat di Tanah Air.

 

Pengalaman Baru Olimpiade Tokyo 2020

Belum lama ini, kita kembali disuguhkan bagaimana kemajuan teknologi komunikasi dan informatika mampu menyukseskan Olimpiade Tokyo 2020 yang berlangsung dalam sunyi akibat pandemi COVID-19. Meski tanpa kehadiran penonton, ajang multievent empat tahunan itu tetap bisa menjadi hiburan bagi jutaan orang di dunia.

Sebanyak 28 atlet Indonesia tampil di Olimpiade Tokyo 2020. Mereka berjuang untuk mengumpulkan kepingan medali melalui cabang-cabang olahraga yang diikuti.

Kita tentu bersyukur, hadirnya internet benar-benar telah memudahkan segalanya. Tidak terkecuali bagi pencinta olahraga Tanah Air yang ingin menyaksikan idolanya bertanding. Tidak perlu menunggu lama, aksi mereka kini bisa disaksikan secara live dan dukungan bisa disampaikan dari jarak jauh.

Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga, Andi Mallarangeng, ikut merasakan perubahan ini seperti tertuang dalam catatan yang diunggah di akun Facebook-nya. Dari tujuh poin keberhasilan Olimpiade Tokyo 2020, Andi menganggap peran tayangan live streaming di Vidio.com menjadi salah satu yang patut digarisbawahi.

“Baru kali ini kita bisa menonton boleh dikata semua cabang yang dipertandingkan di Olimpiade melalui 15 channel Champions TV (official broadcaster) yang tersedia di Vidio.com,” tulis Andi pada akun Facebook-nya.

“Saya sendiri menikmatinya dengan disambungkan ke televisi sehingga layarnya menjadi lebar. Dan bisa menonton pahlawan-pahlawan olahraga Indonesia bertanding di ajang Olimpiade secara live.”

International Olympic Committee (IOC) memang menunjuk Emtek Group sebagai pemegang hak siar resmi Olimpiade Tokyo 2020 di Indonesia. Selain melalui dua stasiun televisi, Indosiar dan O Channel, Emtek juga menayangkan pertandingan-pertandingan Olimpiade secara langsung lewat kanal Champions TV di Vidio.com.

Lewat berbagai tayangan ini, kiprah atlet-atlet Indonesia di Jepang bisa dinikmati masyarakat di Indonesia dengan mudah. Pertandingan demi pertandingan tidak hanya bisa disaksikan di televisi, tapi juga bisa diakses melalui perangkat telepon selular.

“Mari berbagi tugas dengan Kontingen Indonesia,” kata Direktur Programming SCM, Harsiwi Achmad dalam rilis yang diterima Liputan6.com.

“Mereka berjuang di Jepang, kita dari Indonesia dukung dengan doa terbaik sambil terus menyaksikan kiprah perjuangan mereka dengan tetap di rumah saja.”

Meski berlangsung di tengah pandemi, keseruan Olimpiade Tokyo 2020 memang tidak surut berkat kemajuan teknologi informatika saat ini. Kekosongan stadion atau arena-arena pertandingan, terobati lewat hiruk pikuk dukungan di dunia maya berbasis jaringan internet.

Saat final ganda putri yang mempertemukan Greysia Polii/Apryani Rahayu dengan wakil Tiongkok, Chen Qing-chen/Jia Yifan contohnya. Dukungan warganet Indonesia terhadap pasangan ini datang bertubi-tubi melalui berbagai platform media sosial dan kolom komentar di saluran live streaming yang menayangkan laga krusial itu.

Pertarungan berlangsung di Mushashino Forest Sport Plaza, Tokyo, Senin (2/8/2021). Meski berstatus underdog, Greysia/Apriyani berhasil memenangkan pertandingan dengan skor 21-19, 21-15 dan merebut medali emas. Ini sekaligus menjadi sejarah baru bagi bulu tangkis Indonesia yang lama tanpa prestasi di nomor ganda putri.

Di Mushashino, sorak-sorai sayup terdengar. Di arena laga, teriakan emosional Greysia/Apriyani hanya disambut sejumlah ofisial dan wartawan asal Indonesia yang hadir di sana. Namun di jagat maya, tanda pagar #GreyApFinalTokyo2020 langsung jadi trending topic. Ucapan selamat dan pujian segera mengalir bertubi-tubi.

Dari Olimpiade Tokyo 2020, Indonesia membawa 5 keping medali. Selain emas dari Greysia/Apriyani, kontingen Merah Putih juga mendulang 1 perak dan 2 perunggu dari cabang angkat besi, serta 1 perunggu dari badminton nomor tunggal putra.

 

liputan6.com/bola/read/4637248/internet-merata-wajah-olahraga-tak-lagi-sebatas-menang-kalah

[otw_is sidebar=otw-sidebar-6]
author

Author: